Berdoa kepada selain Allah Termasuk Syirik Besar

Berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah seseorang menghadap Allah dengan maksud supaya Allah mewujudkan keinginannya, baik dgn meminta atau dengan merendahkan diri, berharap, dan takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Berdoa dengan makna diatas adalah ibadah.

Berkata An Nu’man Ibnu Basyirin, “Aku mendengar Nabi Shalallahu’alaihi wasallam bersabda, ‘Doa adalah ibadah’ kemudian beliau membaca ayat
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ – 40:60
“Berdoalah kalian kepadaKu, niscaya Aku akan mengabulkan kalian, sesungguhnya orang-orang yang sombong dari beribadah kepadaKu, mereka akan masuk kedalam neraka Jahannam dalam keadaan terhina.”
QS. Ghafir 60
HR. Abu Daud, no. 1479; Tirmidzi, no. 2969; Ibnu Majah, no. 3828, dishahihkan oleh Syeikh Al Bani

Dan makna “beribadah kepada Ku” dalam lafadz ini adalah “berdoa kepada Ku”. Apabila doa adalah ibadah yang merupakan hak Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, maka berdoa kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan merendahkan diri dihadapannya, mengharap, dan juga takut kepadanya, sebagaimana ketika mengharap dan takut kepada Allah, adalah termasuk syirik besar.

Termasuk jenis doa adalah
– Istighotsah yaitu meminta dilepaskan dari kesusahan
– Istiadzah yaitu meminta perlindungan
– Istianah yaitu meminta pertolongan

Apabila didalamnya ada kerendahan diri, harap, dan takut, maka ini hanyalah boleh diserahkan kepada Allah semata.
Perlu diketahui, bahwasanya boleh beristighotsah, beristiadzah, dan beristianah, kepada makhluk, dengan 4 syarat berikut :
1. Makhluk tersebut masih hidup
2. Dia berada didepan kita atau bisa mendengar, ucapan kita.
3. Dia mampu melakukannya sebagai makhluk
4. Makhluk tersebut hanya diyakini sebagai sebab, sehingga tidak boleh bertawakal kepadanya.

Orang yg beristighotsah, beristiadzah, dan beristianah, kepada orang yang sudah mati, atau kepada orang yang masih hidup tapi tidak berada didepan kita, maka ini termasuk syirik besar.

Ar Ruqyah (Jampi-Jampi)

Yaitu bacaan yang dibacakan kepada orang yang sakit supaya sembuh.
Bacaan ini dibolehkan selama tidak ada kesyirikannya.

Diriwayatkan dari ‘Auf bin Malik radhiallahu ‘anhu, beliau berkata:
كُنَّ نَرْقِي فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَيْفَ تَرَى فِي ذَلِكَ؟ فَقَالَ: اعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيْهِ شِرْكٌ
“Dahulu kami meruqyah di masa jahiliyyah. Lalu kami bertanya: ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang hal itu?’ Beliau menjawab: ‘Tunjukkan kepadaku ruqyah-ruqyah kalian. Ruqyah-ruqyah itu tidak mengapa selama tidak mengandung syirik’.” (HR. Muslim no. 2200)

Ruqyah yang tidak ada kesyirikan adalah ruqyah dari ayat-ayat Qur’an, dari doa-doa yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau dari doa-doa yang diketahui kebenaran maknanya, baik dengan bahasa arab maupun bukan arab.

Orang yang meruqyah dan di ruqyah sebaiknya berkeyakinan bahwa ruqyah adalah sebab saja. Tidak berpengaruh dengan sendirinya, dan tidak boleh seseorang bertawakal kepada sebab tersebut.
Seorang muslim, bertawakal kepada Dzat yang menciptakan sebab tersebut, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ruqyah yang mengandung kesyirikan adalah jampi-jampi yang mengandung permohonan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik kepada jin, wali atau selainnya.
Biasayanya disebutkan didalamnya nama-nama mereka. Tidak jarang jampi-jampi ini dicampur dgn ayat-ayat Quran dan nama Allah Subhanahu wa Ta’ala, atau dengan kalimat yang berasal dari bahasa arab, untuk mengelabuhi orang-orang yang jahil dan tidak tau.
Ruqyah yg mengandung kesyirikan telah dijelaskan dalam hadist beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Sesungguhnya jampi-jampi, jimat-jimat, dan pelet, adalah syirik”.
HR Abu Dawud dan Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syeikh Al Bani.

Termasuk Syirik Bernadzar Untuk Selain Allah

Termasuk syirik, bernadzar untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bernadzar untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, adalah seseorang mengatakan, wajib bagi saya menjalankan ibadah ini dan itu, untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Atau saya bernadzar untuk Allah bila terlaksana hajat saya.

Bernadzar, adalah ibadah dan sebuah bentuk pengagungan, maka tidak dibolehkan bernadzar kecuali untuk Allah semata, seperti orang yang bernadzar untuk berpuasa satu hari bila lulus ujian, atau bernadzar untuk mengadakan, umroh bila sembuh dari penyakitnya, atau dll.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَا أَنفَقْتُم مِّن نَّفَقَةٍ أَوْ نَذَرْتُم مِّن نَّذْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُهُ ۗ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ – 2:270
“Dan apa yang kalian infaqkan dan kalian nadzarkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. Dan tidak ada penolong bagi orang-orang yang dzolim.” QS Al Baqarah 270

Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwa Allah mengetahui nadzar para hamba Nya dan akan membalas dengan balasan yang baik. Ini menunjukan bahwa nadzar adalah ibadah yang seorang muslim akan diberikan pahala atas nadzar tersebut.

Menunaikan nadzar, apabila dalam ketaatan hukumnya adalah wajib, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
ثُمَّ لْيَقْضُوا تَفَثَهُمْ وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ – 22:29
“Dan supaya mereka menyempurnakan nadzar2 mereka. “
QS Al Haj 29

Juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,”Barangsiapa yang bernadzar untuk menaati Allah, maka hendaknya menaatinya, dan barang siapa yang bernadzar untuk memaksiati Allah maka janganlah ia memaksiatinya.
HR Bukhari

Bernadzar untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala termasuk syirik besar yang mengeluarkan seseorang dari Islam seperti seseorang bernadzar apabila sembuh dari penyakit maka akan menyembelih untuk wali fulan, atau berpuasa untuk syaikh fulan, dll.

Termasuk Syirik Besar Menyembelih Untuk Selain Allah

Menyembelih adalah ibadah yang agung dalam agama Islam, didalamnya ada pengagungan kapada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Di antara bentuk cinta kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, adalah dengan mengorbankan sebagian dari harta kita kepada Nya, seperti ibadah durban di hari raya Idul Adha, Aqiqah, Hadyu untuk jamaah haji.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kita untuk menjalankan ibadah ini hanya kepada Nya semata. Sebagimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ – 108:2
“Maka sholat lah dan menyembelihlah untuk Tuhan mu.
QS Al Kautsar 2
Barangsiapa yang menyerahkan ibadah menyembelih ini untuk selain Allah dalam rangka mengagungkan dan menyerahkan diri kepada selain Allah, baik kepada nabi, wali, jin, atau selainnya, maka dia telah terjatuh kepada syirik besar yang mengeluarkan nya dari Islam, membatalkan amalan dan terancam laknat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hal ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Allah melaknat seseorang yang menyembelih untuk selain Allah” HR Muslim.

Makna laknat adalah dijauhkan dari rahmat Nya. Maka janganlah kita sekali-kali sebagai seorang muslim, berkurban dan menyembelih untuk selain Allah sedikitpun, meskipun dengan seekor lalat, dengan harapan mendapatkan manfaat atau terhindar dari mudharat.

Sebagai muslim kita harus yakin bahwa manfaat dan mudharat, ditangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan hanya kepada Nya lah kita bertawakal.

Bertabarruk (Mencari Barakah)

Barakah adalah banyaknya kebaikan dan langgengnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Dzat yang berbarakah artinya Dzat yang banyak kebaikan Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ – 7:54
“Dia lah Allah yang banyak barakahnya. Rab semesta alam”.
QS Al A’raaf 54

Allah juga lah yang memberikan keberkahan atau kebaikan kepada sebagian makhluk Nya. Sehingga makhluk tersebut menjadi makhluk yang berbarakah dan banyak kebaikannya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ – 3:96
“Sesungguhnya rumah yang pertama, yang diletakan bagi manusia untuk beribadah adalah rumah yang ada di Mekah, yang berbarakah, dan petunjuk bagi seluruh alam. QS Ali Imran 96.

Ka’bah diberikan Barakah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan cara mendapatkan barakahnya adalah dengan beribadah disana.

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ – 44:3
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan nya, Al Qur’an, pada malam yang berbarakah, sesungguhnya Kami memberi peringatan.” QS Ad Dukhan 3

Malam lailatul Qadr adalah malam yang berbarakah, cara mendapatkan kebarakahan nya adalah dengan melakukan ibadah dimalam tersebut.

Seorang ulama berbarakah dengan ilmu nya dan dakwahnya. Cara mendapatkan berkah dan kebaikannya adalah dengan menimba ilmu darinya. Disana ada barakah yg sifatnya Dzat nya yg berbarakah. Dimana barakah seperti ini bisa berpindah, barakah seperti ini hanya Allah berikan kepada para nabi dan rasul.

Oleh karena itu, dahulu para sahabat nabi bertabarruk dengan bekas air wudhu beliau, rambut beliau, keringat beliau, dan lain-lain.
Sepeninggalan beliau, mereka tidak melakukannya kepada Abu Bakr dan Umar dan pada sahabat mulia yang lain. Hal itu menunjukan bahwa ini adalah kekhususan para nabi dan Rasul.

Meminta barakah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara yang disyariatkan . Adapun meminta barakah dengan cara yng tidak disyariatkan seperti mengusap dinding masjid tertentu, atau mengambil tanah kuburan tertentu, atau dll, maka ini termasuk syirik kecil.